Meceki, Permainan Judi Tradisional Bali Kegemaran Kaum Hawa

596

Meceki adalah aktivitas permainan judi dengan menggunakan media kartu mahyong. Permainan ini sudah lama menjadi bagian dari sejarah kehidupan berbudaya dan sosial di Bali. Meceki diperkirakan mulai masuk ke Pulau Dewata sejak masa lampau, berbarengan dengan datangnya pengaruh budaya China yang mulai menyebar di Nusantara.

Menurut cerita legenda yang dipercaya di masyarakat, semua diawali dari perkawinan antara Raja Jayapangus dengan putri seorang saudagar asal China bernama Kang Cing Wie di tahun 1181-1269 Masehi. 

BACA JUGA

Kontak yang berkepanjangan antara orang Bali dengan orang China sangat memungkinkan terjadinya saling pengaruh satu sama lain dalam hal kebudayaan. Salah satu pengaruh yang masih tertinggal di Bali adalah penggunaan uang kepeng, yang secara historis pernah menjadi alat tukar dalam urusan perdagangan dan kini menjadi alat ritual masyarakat Bali.

Uang kepeng atau pis bolong juga yang menjadi penghubung cerita ke permainan judi meceki. Kenapa begitu? Alasannya karena gambar kartu meceki dipenuhi pula dengan gambar pis bolong. Inilah yang menjadi asumsi dasar yang diterima luas tentang dikenalnya permainan meceki yang hadir dengan masuknya pengaruh budaya China ke Bali. 

Istilah meceki sendiri jika dibedah terdiri dari awalan me = kata kerja aktif yang berarti melakukan aktivitas, sedangkan kata ceki adalah sebutan lain untuk kartu mahyong.

Selain populer di kalangan masyarakat umum, permainan ini sangat digemari oleh kalangan kerajaan pada zaman raja-raja masih berkuasa di Bali. Terlepas dari unsur judi yang melekat, meceki pada dasarnya tetaplah sebuah bentuk kegiatan hiburan. Mungkin inilah yang membuat permainan tersebut bisa tetap ada hingga saat ini.

Salah satu ciri menonjol dari meceki adalah lamanya waktu permainan. Bahkan tak jarang mereka bisa dimainkan sampai rentang waktu 15 jam, dengan hanya menyelingi istirahat makan atau jeda sejenak jika dirasa perlu. 

Karakter permainan yang memakan waktu sangat panjang ini mungkin yang membuat permainan tersebut cukup populer dimainkan oleh kaum wanita. Apalagi dengan budaya patriarki di Bali, di mana kebanyakan kaum wanita tidak bekerja dan hanya diam di rumah, maka meceki adalah kegiatan yang cocok dilakukan untuk mengisi waktu senggang bersama ibu rumah tangga lain. 

Terlepas dari banyaknya kaum hawa yang memainkannya, meceki adalah salah satu bentuk perjudian yang dikenal umum oleh masyarakat di Bali sebagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan laki-laki.

Meceki biasanya dilakukan ketika ada acara-acara megebagan (begadang untuk berjaga) saat ada kematian di rumah seorang warga masyarakat, Hari Raya Galungan dan Kuningan. Bahkan, pada Hari Raya Nyepi pun kegiatan meceki biasanya tetap ada yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

Yang jelas, kegiatan berjudi kecil-kecilan ataupun besar seperti meceki dan lainnya telah menjadi semacam hiburan pengisi waktu bagi sebagian besar masyarakat Pulau Dewata. Dari sini masyarakat Bali setidaknya telah menunjukkan bahwa judi bisa menjadi bagian dari budaya yang baik, selama itu dilakukan dengan bertanggung jawab dan tak berlebihan.