Adu Gangsing, Saat Judi dan Teknik Bertemu

540

Gasing, sebuah permainan tradisional yang telah lama ada di masyarakat kita. Meski mulai meredup di tengah gemerlapnya permainan modern saat ini, di masa dulu gasing pernah menjadi permainan idola semua kalangan, terutama anak-anak. Selain itu, adu gangsing dulu juga merupakan salah satu permainan perjudian yang sangat populer dan banyak digemari masyarakat negeri ini. 

Permainan yang awalnya hanya khusus dimainkan oleh para lelaki ini dipercaya merupakan sebuah budaya asli di tanah melayu. Ada dua pendapat yang sampai hari ini diyakini sebagai cikal bakal munculnya permainan tradisional gasing ini.

BACA JUGA

Pertama, banyak orang meyakini kalau gasing berasal dari para penduduk di pesisir pantai Melayu di mana permainan ini pertama kali menggunakan buah Berembang yang banyak tumbuh di pesisir pantai.

Buah ini sendiri memiliki bentuk bulat dan ada bagian lancip di bagian tengahnya (mirip bentuk gasing yang umumnya dipakai di masyarakat) serta bisa diputar dengan menggunakan tangan.

Sementara teori kedua adalah kalau permainan Gasing ini berawal dari anak-anak yang menggunakan telur untuk permainan mereka. Telur ini diputar dan yang bertahan paling lama maka dialah pemenangnya. Kemudian pada perkembangannya telur ini diganti dengan kayu berbentuk bulat dan diberi tali agar bisa berputar lebih kencang.

Terlepas dari beberapa pendapat mengenai cikal bakal munculnya permainan ini, Gasing adalah sebuah permainan tradisional yang sangat asik dan tercatat sudah dimainkan di wilayah Natuna jauh sebelum penjajahan Belanda yang kemudian menyebar ke seluruh nusantara.

Gasing juga memiliki nama dan bentuk yang berbeda-beda di setiap daerah. Jawa Barat dan Jakarta menyebutnya dengan Gangsing atau Panggal, Lampung dengan Pukang, Kalimantan Timur dengan Begasing, Maluku dengan Apiong, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat dengan Maggasing, Lombok menyebut Gansing, Bolaang Mongondow Sulawesi Selatan menyebutnya Paki, Jawa Timur dengan Kekehan. Sementara di Yogyakarta disebut dengan Pathon jika terbuat dari kayu dan Gangsingan jika terbuat dari bambu.

Meski terkesan mudah, memainkan gasing sebenarnya membutuhkan keterampilan tersendiri. Itu bukan hanya soal melilitkan tali dengan rapat lalu melemparkannya sekuat tenaga ke tanah. Hal pertama yang perlu diingat adalah tidak boleh ragu-ragu saat melempar gasing ke tanah. Berikutnya faktor tenaga dan sudut kemiringan saat melempar dipercaya dapat membantu gasing untuk berputar lebih lama. 

Pada masa jayanya, kepopuleran gasing bahkan menjadikannya sebagai permainan judi favorit di Nusantara. Ada beberapa jenis adu gasing yang bisa dijadikan pertaruhan. Mulai dari sekadar adu tahan lama putaran, adu serang gansing, hingga adu beregu. Khusus yang kedua bisa dibilang merupakan adu gasing yang paling menarik untuk ditonton dan dipasang taruhan.

Sayangnya, permainan yang dulu sempat menjadi bagian budaya anak negeri ini perlahan mulai hilang dan terlupakan seiring perkembangan zaman. Gasing adalah satu dari sekitar total 2600 permainan tradisional di Indonesia yang terancam punah oleh zaman dan kemajuan teknologi walaupun telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) di Unicef. 

Bagaimana tidak, dengan banyaknya permainan modern di ponsel dan komputer saat ini, generasi muda Indonesia hampir tak ada lagi yang bermain gasing. Sedihnya, beberapa bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali apa itu gasing dan cara mainnya.