ADU JUDI DALAM PERMAINAN TRADISIONAL

382

Sedari kecil kita sudah hafal dengan ragam permainan tradisional bukan? Sebut saja petak umpat, ular tangga, main kelereng, dan lain sebagainya. Permainan ini membawa kebahagiaan bersama teman-teman sebaya yang biasanya dilakukan pada sore hari.

Lazimnya, permainan tradisional dilakukan lebih dari dua orang. Ada yang bertugas sebagai pemain hingga wasit permainan. Tidak hanya dilakukan oleh bocah saja tetapi orang dewasa terkadang ikut memainkan.

Permainan tradisional yang ada hingga kini masih dimainkan. Namun, konteks permainan sekarang sudah berubah menjadi ajang taruhan seru yang biasa dilakukan orang dewasa. Kok bisa? Ini dilakukan untuk menambah daya tarik sebuah permainan.

Apa saja sih permainan tersebut. Yuk kita cari tahu dibawah ini!

  1. Adu Muncang

Permainan tradisional ini berasal dari tanah Sunda. Permainan ini begitu popular dimainkan oleh anak-anak tanggung pada era tahun 80-an. Arti muncang dalam bahasa Indonesia ialah kemiri. 

Adu muncang tak lain berupa lomba menjepit dua kemiri yang masih bercangkang dengan menggunakan dua bilah bambu. Kemudian, kemiri tersebut dipukul dengan menggunakan dua bilah bambu tersebut hingga salah satu kemiri pecah.

Jika ada salah satu muncang yang pecah setelah dijepit, berarti muncang tersebut dinyatakan kalah. Agar muncang memiliki ketahanan yang kuat, biasanya peserta terlebih dahulu meremdam muncang ke dalam cairan cuka.

Seiring berjalan waktu, permainan ini berubah menjadi ajang taruhan yang dilakukan orang-orang dewasa, dimana terdapat bandar, pengatur perjudian, serta pemilik alat. Biasanya, adu muncang dilakukan di area tertutup seperti gudang yang dapat menampung banyak orang.

Permainan ini dilakukan dengan sistem penuh. Pesertanya maksimal lima orang yang mengadu kemiri miliknya yang biasanya dimulai dengan uang taruhan sebesar Rp100 ribu. Pemenang terakhir akan mendapatkan uang sebesar Rp500 ribu dipotong pajak oleh penyelenggara sebesar 30 persen. 

Selain itu, ada juga sistem samping, yakni para pejudi tidak memiliki kemiri hanya turut taruhan setiap adu kemiri digelar dengan memasang uang taruhan Rp50 ribu sampai Rp 100 ribu. 

  1. Suit Jepang

Suit merupakan salah satu permainan tradisional  yang paling mudah dan banyak dimainkan oleh anak-anak. Permainan itu, banyak dikenal oleh berbagai orang di seluruh dunia. Bahkan, permainan ini sering digunakan untuk membuat keputusan tertentu.

Ya, ini adalah suit dengan gesture tangan yang membuat bentuk gunting, batu dan kertas. Permainan ini beken di Negeri Sakura yang yang bisa dimainkan dimana dan kapan saja.

Namun bagaimana jika permainan tradisional ini menjadi ajang taruhan seperti yang dilakukan legenda NBA Michael Jordan. Bahkan mantan pemain Chicago Bulls ini rela menghamburkan banyak uang untuk bertaruh uang.

Mengutip Kumparan, mantan rekan satu tim Jordan di Bulls, Jay Williams mengatakan, sang juara NBA enam kali itu pernah bertaruh US 100 ribu atau setara Rp 1,4 miliar.

Diketahui, suit Jepang atau yang disebut Janken ini mengandalkan seluruh jari yang membentuk batu (tepaka ikepal), gunting (jari membentuk huruf V) dan kertas (telapak ibuka). Permainan ini telah ada di Jepang sejak 2000 tahun lalu.

  1. Sabung Ayam

Sabung ayam sendiri merupakan salah satu permainan yang kerap dilakukan masyakarat Indonesia. Permainan ini sudah turun temurun sejak nenek moyang yang dilakukan oleh berbagai kalangan.

Mulanya, tradisi sabung ayam dikenalkan oleh masyarakat jawa pra- Islam sebagai makna keagaamaan dan pesta penyucian. Pasalnya, darah ayam ayam ini adalah bentuk pengorbanan untuk menyenangkan dewa-dewa demi kesuburan, upacara penyucian dan ritual merayakan keberhasilan perang.

Namun, tradisi ini berubah saat masyarakat lokal melaksanakan sabung ayam sebagai taruhan. Kegiatan ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat yang umumnya berasal dari  pedesaan. Kegiatan ini dilaksanakan  sebuah arena khusus yang dihadiri banyak orang. 

Permainan ini lazimnya dilakukan dengan mengadu ayam jantan bertaji. Tak jarang kedua ayam jantan tersebut dipasangi taji buatan entah berbahan dari bambu atau kayu yang diruncingkan hingga logam besi. Pertarungan sabung ayam dianggap selesai setelah salah satu ayam jantan kalah. 

Merujuk Anthony Rei dalam karyanya berjudul Southeast Asia in the Age of Commerse 1450-1680 Volume One : The Lan Below the Wins mengatakan, fenomena sabung ayam bersama dengan pertarungan spektakuler lainnya seperti adu gajah atau harimau lazim dilakukan.

Menurutnya, zaman dahulu, ayam menjadi salah satu hewan yang sering diadu sebagai simbol kemeriahan atau kebesaran kekuasaan dari kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.